Monday, February 14, 2011

Catatan Festival Seni dan Budaya Sulut Ritus Maesa`an, Bukan Menggali Fosil

Manado, Sulawesi Utara - SEBAB, dengan menyodorkan tema Maesa`an sebagai “premise” yang dikemas dalam artistika pergelaran seni budaya Sulawesi Utara di kawasan Pinabetengan, memperlihatkan secara faktual bahwa generasi ke-Indonesia-an akan selalu bersinar di pucuk-pucuk pohon nyiur yang selalu tersenyum melambaikan keindahan bersatu padu.

Sebagaimana petuah adat leluhur Minahasa yang telah meneguhkan dasar hidup paling dalam yang tersirat dalam ungkapan “Jika kita bersatu, haruslah menyebar. Jika kita menyebar haruslah selalu bersatu”.

Konotasi ungkapan ini boleh dicatat sebagai sikap mawas yang berpandangan jauh ke nun, melewati batas cakrawala horison. Sebab secara faktual, boleh jadi telah diwujudnyatakan dalam makna ungkapan KAWANUA.

Dalam konteks gejolak arus global, sangat jelas orang Minahasa telah mematri makna KAWANUA sebagai watak lokal yang ditancapkan sedalam dasar bumi dan dilanglangbuanakan sepanjang jauh nun mengarungi kawasan dunia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Watak lokal orang Minahasa yang dibangun dari warisan tradisi Tou Taas (orang kuat) sebagai ajang uji fungsi untuk mengokohkan eksistensi diri di dalam berbagai strata kehidupan masyarakat, sangat menyadari, bahwa makna KAWANUA merupakan kata kunci untuk membuka kebekuan hubungan antar manusia di belahan bumi mana pun orang Minahasa berpijak.

Dengan kesadaran hubungan antar manusia yang selalu dikontekstualkan dalam ungkapan matuari waya, orang Minahasa akan selalu tampil untuk memberi makna bersatu padu dalam idiom KAWANUA.

Karena itu, penyelenggaraan Festival Seni Budaya Sulawesi Utara yang menggondol 22 atribut penghargaan kebudayaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI), memang terasa layak untuk diberi tinta perjuangan kaum Tou Taas dalam sejarah kebudayaan Sulawesi Utara.

Sebab hanya dengan ketulusan Tou Taas, seseorang dapat memiliki tinta perjuangan untuk menggoreskan klewang (pedang) Maesa`an menjadi pustaka sejarah kebudayaan agar dapat diwariskan bagi generasi kemudian.

Inilah yang patut diapresiasi pada niat mulia Benny J Mamoto dan Pastor Cardo Renwarin dan tim kreatif dalam siasat membangun rumah kebudayaan daerah Sulawesi Utara. Namun, tentu saja apresiasi ini, perlu pula digarisbawahi dengan pertanyaan yang tak menunggu jawaban; setelah Festival Seni Budaya Sulawesi Utara dalam Ritus Maesa`an. (Frangky Kalumata: Penulis Pegawai Negeri, Penggiat Seni).

Sumber: http://www.mdopost.com (18 Juli 2008)

No comments:

Post a Comment

www.paid-to-promote.net

Get paid To Promote at any Location