Gunung Kidul, DI Yogyakarta - Untuk mewadahi minat berkesenian dari masyarakat, pemerintah desa budaya Wiladeg, Karangmojo, menggelar festival reog pada forum budaya, Kamis (10/7). Festival tersebut diikuti oleh grup kesenian tradisional reog yang berasal dari beberapa desa di Gunung Kidul.
Selain festival reog, juga digelar festival salawatan serta karawitan, yang dilanjutkan ritual bersih desa. Menurut Kepala Desa Wiladeg Sukoco, festival reog yang baru pertama kali digelar tersebut akan diagendakan sebagai kegiatan rutin tahunan.
Seni tradisi reog harus dilestarikan, kami mencoba memberi ruang bagi masyarakat untuk penyaluran ekspresi seni, sekaligus mengeksplorasi budaya yang berkembang di masyarakat, kata Sukoco.
Selama ini, pertunjukan reog lebih banyak ditampilkan di acara perkawinan dan bersih desa. Hampir setiap desa di Gunung Kidul memiliki grup-grup kesenian reog yang terbagi dalam reog klasik dan kreasi baru. Campur tangan pemerintah dalam pelestariannya masih kecil, ucap Sukoco.
Festival tersebut diikuti total delapan grup reog yang tampil dua hari berturut-turut. Para juri menilai penampilan tiap grup berdasarkan keindahan gerak tari, tetabuhan gamelan, kostum, hingga kekompakan tim. Tidak masalah dapat juara atau tidak, yang penting kami bisa tampil menghibur orang lain, kata anggota Grup Reog Mekar Budoyo asal Bejiharjo, Karangmojo, Suratno.
Mayoritas dari 24 anggota Grup Reog Mekar Budoyo itu adalah anak- anak muda. Mereka mengaku baru pertama kali mengikuti festival reog. Suratno berharap kegiatan sejenis bisa terus dikembangkan untuk mengukuhi budaya warisan nenek moyang. Keanggotaan grup reog di Gunung Kidul telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Sesepuh Desa Bejiharjo Suharto (67) mengaku terus berusaha melestarikan tarian reog klasik. Meskipun gerakan tarinya relatif monoton, peminat reog klasik cukup banyak. Dalam satu pekan, tiap grup biasanya berlatih sebanyak dua kali. Reog masih disukai dan tidak terancam punah, katanya.
Pemimpin Grup Reog Kudo Lelolo dari Desa Karangrejek, Wonosari, Hari Setiono menambahkan bahwa kesenian reog bisa diandalkan untuk tambahan pendapatan. Grup reog tersebut sering kali diminta tampil di berbagai daerah, seperti Klaten dan Boyolali. Dalam satu bulan, mereka bisa menerima permintaan tampil hingga enam kali, dengan bayaran Rp 1,5 juta untuk satu kali tampil dengan penari 40 orang. (WKM)
Sumber: cetak.kompas.com (11 Juli 2008)
No comments:
Post a Comment